Pages

Senin, 20 Agustus 2018

Bisul Kronis di Wajahku Sembuh dengan Berhijab

Saya akan menceritakan kisah nyata seorang akhwat yang bertaubat, dia menceritakan kepadaku kisah yang menakjubkan ini:

Aku akhwat, aku memiliki ayah yang kuat beragama, walhamdulillah. Tetapi aku seperti anak-anak gadis lainnya terjerumus banyak dosa. Tetapi alhamdulillah, bukan dosa besar. Aku juga tidak menampik kalau aku pencari cinta sejati yang ingin berakhir di pelaminan seperti yang dipropagandakan dan tipuan cinta palsu yang melalaikan.

Singkatnya, aku masuk kuliah dan lulus. Banyak pemuda-pemuda tampan berseliweran yang aku kenal tapi tidak ada seorangpun yang menarik hatiku. Dengan kata lain Allah belum mentakdirkan salah satu dari mereka sebagai pendampingku.

Semasa kuliah dan pencarian jodoh, aku tertarik untuk mengenakan hijab dan aku merasakan suatu dosa dan ketakutan jika aku mati belum berhijab. Setahun setelah lulus, Allah menentukan untukku pergi berhaji. Sebelum berangkat aku berjanji akan berhijab setelah pulang dari Mekah.

Tekad kuatku untuk berhijab ini semakin membara dan aku berjanji pada Allah untuk berhijab sampai-sampai air mataku menetes. Disitu aku merasakan suatu kelapangan dalam hati yang luar bisa yang tak bisa diungkapkan.

Aku pergi berhaji dan bertekad kuat berhijab. Tetapi ketika aku kembali dari haji, aku telah diterima di sebuah institusi bergengsi yang aku idam-idamkan. Aku diterima sebagai pegawai.

Lalu keraguan menyelimuti benakku. Bagaimana aku berhijab? Pakaian apa yang aku kenakan? Bagaimana aku menjumpai orang-orang dengan hijab? Bagaimana jika aku bertemu dengan keluarga dan teman-teman? Terbetiklah rasa takut bila hijab menyembunyikan pesona kecantikanku.

Karena ketakutanku pada manusia lebih kuat daripada ketakutanku pada Allah, hingga ketakutan itu seperti gunung yang menimpa dadaku. Akhirnya aku membatalkan janjiku pada Allah.

Bergegas aku mempersiapkan pakaian yang anggun dan mahal sehari sebelum hari pertama kerjaku. Saat pertama kali aku masuk kantor, semua mata memandangku dengan penuh ketakjuban. Aku merasa sangat bahagia karena orang-orang mengagumiku. Tidak ada rasa takut sedikitpun dan penyesalan atas pengingkaranku pada janji Allah.

Empat bulan berlalu, tiba-tiba aku merasakan sakit di wajahku, warnya sangat memerah. Ternyata tumbuh bisul yang makin membesar sebesar bantalku. Demi Allah, penuh dengan darah dan nanah.

Segera aku menjumpai dokter tapi obat dan cream dari dokter tidak berkasiat apapun. Berikutnya aku periksa lagi dan diberi obat pil tapi hasilnya tetap nihil. Sekian dokter lain aku kunjungi, bahkan aku terbang ke London. Tapi lagi-lagi obat-obat yang diberikan semuanya tidak ada yang ampuh.

Aku menghubungi dokter di London tentang obatnya yang gagal. Dokter itu berkata: Maaf, resep yang aku berikan adalah resep paling ampuh dan manjur. Jika tidak berpengaruh, aku angkat tangan.

Kondisi dan perasaanku menjadi tidak menentu. Hatiku hancur berantakan hingga tiap malam aku menangis. Semua orang menghiburku untuk terus berobat, justru aku malah bertambah putus asa. Apalagi teman-teman wanitaku tidak mau memelukku karena takut tertular. Sikap mereka membuat hatiku makin tersayat.

Suatu malam, aku ingat Allah dan diilhamkam padaku bahwa penyakit ini karena aku mengingkari janjiku pada Allah. Aku bertaubat nasuha dan aku berazam mengenakan hijab lalu aku berobat dengan Al-Quran. Aku mulai shalat dan berzikir pada Allah azza wa jalla.

اللهم اشفِ أنت الشافي المعافي ، لا شفاء إلا شفاؤك ، شفاء لا يغادر سقماً

Aku berdoa; Allahumma sembuhkanlah, Engkau Dzat yang Menyembuhkan dan Dzat yang Memberi Kesehatan. Tidak ada kesembuhan selain dari Engkau, kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit.

أعوذ بكلمات الله التامةمن كل شيطان و هامة و من كل عين لامة

Aku memohon perlindungan kepada Allah dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari setiap kejahatan setan dan binatang bisa yang mematikan, dan dari setiap mata yang hasud.

Demi Allah, hanya dalam waktu tiga hari setelah aku taubat dan membaca Al-Quran, api yang menjilat wajahku langsung padam. Bisul dan nanah itu langsung mengempes. Setelah itu mengering dengan cepat dan rasa sakitnyapun hilang dalam sekejap. Walhamdulillah Allah menyembuhkan penyakitku dengan sempurna.

Aku lalu menetapkan untuk berhijab dan resign dari pekerjaan. Dan di bulan yang sama, Allah berkehendak ayahku sakit. Aku dan keluarga kemudian membawanya berobat keluar negeri. Pada peristiwa inilah aku berhijab meskipun masih hijab biasa yang kecil dengan pakaian yang masih aku pakai.

Ayahku meninggal saat di rumah sakit di luar negeri, semoga Allah merahmatinya. Lalu aku pulang ke negaraku dan aku telah memiliki mental untuk mengenakan hijab yang sempurna secara yakin.

Sekarang, aku sedang berkaca memandang wajahku. Masih ada bekas bisul itu. Justru bekas itu sekarang aku sukai hingga dalam hatiku. Bisul itu adalah surat dari Allah azza wa jalla padaku dan ia menjadi sebab aku menerima hidayah dan taubat.

Akhwat ini berkata:

Siapa yang tahu, jika bisul ini tidak keluar di wajahku mungkin kehidupanku tidak berubah bahkan saat aku merasa aku berada di jalan yang salah. Aku sampaikan pada kalian, setahun setelah aku berhijab, Allah menganugerahkan suami untukku lalu anak-anak. Kenikmatan-kenikmatan tak terkira dari Allah.

Setelah aku giat belajar Islam dan menghadiri majlis-majlis taklim, Allah menganugerahkan untukku niqab. Hari ini aku menjadi wanita yang sangat bahagia dengan kesertaan Allah yang selalu menyertaiku.

Nikmat dari Allah yang paling agung yang aku rasakan. Aku memohon agar Dia tidak mencabut nikmat ini dan Allah memberikan nikmat-nikmat ini pada seluruh kaum muslimin.

Sesi terindah dalam perjalanan nafasmu adalah saat kamu menyatakan janji setia taubat nasuha pada Allah. Sesi terindah perjalanan hidupmu, kamu bisa merasakan Allah mencintaimu dan Dia ridha padamu.

Diceritakan oleh DR. Ratib An-Nablusi hafizhahullah
Penerjemah Zen Ibrahim
10 Dzulhijjah 1439 H
Sumber: @NABLSi100

Hadiah Idul Adha
dari Grup Mutiara Muslimah
untuk anggota Grup dan Umat Islam

Sabtu, 04 Agustus 2018

Tanya Jawab Seputar Udzur Bil Jahl

Pertanyaan 1

Pertanyaan
Apakah persoalan jahl (kebodohan/ketidaktahuan) mengenai aqidah mendapat udzur atau tidak? Apabila diberi udzur karena jahl, apakah amalannya terhapus atau tidak?

Jawaban

Pada persoalan syirik akbar; tidak diudzur karena jahl dan ini ijma’. Tidak berlakunya udzur karena jahl dinukil secara ijma’ oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Thariqul Hijratain dan dinukil pula oleh para ulama-ulama dakwah. Maka setiap orang yang melakukan syirik akbar seperti menyembelih untuk selain Allah, istighasah (meminta pertolongan) dengan wali dan kubur, membuat undang-undang dan lain sebagainya; dia adalah musyrik meskipun dia jahl, salah takwil atau karena kesalahan.

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam Al-Fatawa 38/20-37:

“Penyebutan syirik telah ada sebelum risalah meskipun dia berlaku adil pada Rabbnya pada saat yang sama melakukan kesyirikan.”

Maksud perkataan Ibnu Taimiyah yaitu, seseorang sebelum risalah datang tetap disebut musyrik bila ia berlaku adil pada Rabbnya pada saat yang sama ia juga melakukan kesyirikan; yaitu meskipun dia jahil.

Jika kamu ingin pendalaman, saya telah memgupasnya dalam kitab-kitab saya berikut:
  1. Kitab Al-Mutamimah Likalami aimatid Dakwah.
  2. Kitab Al-Jami wa At-Tajrid Syarah Kitabut Tauhid fi Babil Khauf Min Asy-Syirki.
  3. Kitab At-Taudhih wat Tamamat ala Kasyfi Asy-Syubhat.

Sedangkan dalam persoalan zhahirah (yang nampak) yang telah diketahui orang kebanyakan tetapi menimpai orang yang hidupnya di daerah terpencil dan terasing, baru masuk Islam, atau hidup di negeri kafir dia diudzur karena jahl dan takwil sampai dia mengerti.

Sedangkan dalam persoalan khafiyah (tidak nampak) yang tidak bisa dimengerti kecuali orang para ulama atau spesialis dalam bidangnya maka itu diudzur karena jahl dan ditakwil sampai syubhatnya hilang, bila di zaman tersebut masyarakat jahl dengan masalah tersebut.

Dalam persoalan zhahirah dan khafiyah, tidak ada perbedaan anatara masalah Aqidah atau masalah Fiqih karena masalah hukum semuanya satu.

Sedangkan persoalan hilangnya amal; terkait dengan kematian, yaitu bagaimana dia matinya berdasarkan Firman-Nya:

وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ

“Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat.” (Qs. Al-Baqarah:217)

Jika kamu ingin mendapatkan kitab-kitab yang telah saya sebutkan sebelumnya, dapat di unduh di situs* Salafiyun pada halaman yang telah disediakan para ikhwah admin Salafiyun, semoga Allah memberi mereka sebaik-baik balasan. Kitab itu juga bisa diperoleh di Forum online* dan situs web* Shaidul Fawaid*, semoga Allah menguatkannya dan memberinya sebaik-baik balasan.

Beberapa orang yang memusuhi dakwah salafiyah menuduh kitab-kitab karya ulama dakwah salafiyah di Nejed pada dua abad sebelumnya – sebagai kitab takfiri, meniadakan udzur karena* jahl* dan banyak kesalahannya. Para Syeikh salafi kontemporer tidak sepakat dengan syeikh-syeikh pendahulu tetapi mereka tidak mengungkapkannya dengan alasan menghormati para ulama, seolah-olah mereka terbebas dari dosa.

Pertanyaan 2


Pertanyaan

Seperti yang aku saksikan, dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab telah banyak diselewengkan oleh para murjiah atau dituduhkan oleh musuhnya bahwa Syeikh seorang ulama takfiri. Karena kita lihat bila dibandingkan antara fatwa-fatwa ulama dahulu dengan kontemporer tampak jelas pertentangannya. Singkatnya; Jika Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab hidup di zaman sekarang ini, apakah tindakan yang akan dilakukannya berdasarkan prinsip-prinsipnya dan manhaj-nya? Mohon kiranya Syeikh menjelaskan secara terperinci bukan hanya secara global. Wallahu a’lam.

Jawaban

Para Imam dakwah semenjak Al-Imam Al-Alamah Syeikh Muhammad bin Abdul wahab rahimahullah sampai sekarang, mereka sepakat tanpa terkecuali tentang tidak adanya uzdur karena jahl dalam masalah syirik akbar. Seperti penyembelihan pada selain Allah, istighasah dan meminta doa pada orang mati, melakukan ibadah-ibadah apapun untuk selain Allah atau berlaku syirik dengan membuat perundang-undangan. Mereka semua menyebutnya dengan orang musyrik meskipun mereka jahil, salah takwil atau taklid.

Berkata Muhammad bin Abdul Wahab dan dua putranya Abdullah dan Husain, begitu pula dikatakan oleh Hamad bin Ma’mar dan Abdul Aziz Al-Hushain, mereka semua para imam sepeninggal syeikh, sepakat tentang masalah tersebut.

Dikatakan pula oleh generasi kedua Al-Imam Al-Alamah Abdur Rahman bin Hasan yang perkataannya dikumpulkan dalam Ad-Durar dan* Majmu Rasail wa Masail *yang disiapkan oleh murid beliau Syeikh Abdullah Abu Bathin.

Kemudian berkata mengenainya generasi ketiga Al-Imam Al-Alamah Abdul Lathif bin Abdurrahman dibantu oleh saudaranya Ishaq bin Abdur Rahman dalam Kitabnya yang berharga Takfir Al-Muayan. Dikatakan pula oleh Abdullah dan Ibrahim putra Syeikh Abdul Lathif dibantu oleh Syeikh Ibnu Sahman kemudian Syeikh Muhammad bin Ibrahim dan murid-muridnya.

Kemudian pula pendapat Syeikh Abdullah bin Hamid, Abdul Aziz bin Baz rahimahumallah, anggota Lajnah Ad-Daimah yang diketuai oleh Syeikh Abdul Aziz bin Baz dan pula pendapat Syeikh kami Al-Alamah Humud bin Uqla Asy-Syabi rahimahullah. Tidak ada seorang syeikh yang menyelisihi pendapat tersebut.

Lalu di mana orang-orang yang menyelisihi pendapat tersebut? Orang-orang yang memiliki pendapat berbeda adalah orang-orang kontemporer yang menyingkirkan kitab-kitab para ulama dakwah karena melihatnya ghuluw (ekstrim/berlebihan) sekalipun mereka menyabet gelar profesor akademik dan alumni universitas. Mereka inilah yang mencoba menyesatkan manusia pada masalah ini dengan menukil perkataan Ibnu Taimiyah rahimahullah tapi melencengkannya sesuai keinginan mereka yang tidak sesuai pada tempatnya pada bab syirik akbar.

Para imam dakwah telah menjelaskan ketika menukil perkataan Ibnu Taimiyah saat beliau berbicara tentang ahli bid’ah dan ahwa (pengekor hawa nafsu) beliau menguzdur mereka dengan jahl dan takwil. Sedangkan ulama-ulama kontemporer yang menyelisihi berusaha menyelewengkan dengan menerapkannya pada syirik akbar padahal Ibnu Taimiyah membedakan antara keduanya.

Karena itu disebutkan dalam Al-Fatawa 38/20-37:

“Penyebutan syirik telah ada sebelum risalah meskipun dia berlaku adil pada Rabbnya dan pada saat yang sama melakukan kesyirikan.”

Lihat perkataan beliau ketika membantah pendapat Al-Bakri. Dalam Perkataan beliau juga menyebutkan tentang jahl soal bangsa Tartar yang beribadah pada selain Allah. Beliau tetap menyebut mereka dengan orang musyrikin dan orang yang beribadah pada selain Allah padahal mereka bodoh.

Bagi yang ingin memperdalam telah aku jelaskan dalam kitab berikut:
  1. Kitab Ar-Risalah Al-Mutamimah Likalami aimatid Dakwah Fil Jahl Fi Asy-Syirkil Akbar.
  2. Kitab Al-Jami wa At-Tajrid Syarah Kitabut Tauhid fi Babil Khauf Min Asy-Syirki.
  3. Kitab At-Taudhih wat Tamamat ala Kasyfi Asy-Syubhat.
Pertanyaan 3

Pertayaan

Apakah hukum orang yang belum sampai padanya risalah Islam dengan aqidahnya yang murni lalu mati? Misalnya hanya sampai padanya penjelasan yang buruk akan Islam, apakah dia disebut kafir?

Jawaban

Kami memahami pertanyaan anda berkenaan dengan ahlul kitab. Bila dia mati dan belum sampai padanya risalah Islam yang murni tetapi sampai padanya penjelasan risalah yang buruk dan dia tidak beribadah pada Allah tetapi melakukan keyirikan dan kekufuran; dia bukan muslim tetapi dia musyrik kafir.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِر

"Barangsiapa mencari dien selain dien Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (dien itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (Qs.Ali-Imran:85)

Dan firman-Nya:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

“Sesungguhnya dien (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Qs. Ali-Imran:19)

Dalam hadits shahih:

لن تدخل الجنة إلا نفس مسلمة

“Tidak akan masuk jannah kecuali seorang muslim.”

Berkata Ibnu Hazm rahimahullah:

“Semua orang Islam berpendapat, semua orang yang berkeyakinan dalam hatinya tanpa ragu-ragu, lisannya menyatakan tidak ada illah (sesembahan) yang berhak diibadahi kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, semua yang datang darinya haq dan dia berlepas diri dari semua dien selain dien Muhammad shalallahu ’alaihi wa sallam maka dia muslim mukmin.” (Al-Fashl 4/35)

Insya Allah saya sertakan di akhir jawaban perkataan Ibnul Qayyim yang menyampaikan secara ijma’.

Sedangkan dakwah dan risalah Islam yang sampai dengan gambaran yang tidak benar, ini tidak mendapat uzdur dan dia tetap dalam kekafiran. Allah berfiman:

وَلَوْ عَلِمَ اللَّهُ فِيهِمْ خَيْرًا لَّأَسْمَعَهُمْ ۖ وَلَوْ أَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوا وَّهُم مُّعْرِضُونَ

“Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu).” (Qs. Al-Anfal:23)

Nash-nash menyatakan bahwa risalah akan digambarkan secara buruk. Yahudi Madinah telah memburukkan dakwah Rasul shalallahu ’alaihi wa sallam pada masyarakat awam dan mereka tetap tidak diudzur. Musuh-musuh para rasul melakukan praktik propaganda pada dakwah Rasul dan Nabi kepada para pengikut dan masyarakat awam. Allah berfiman:

كَذَٰلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِن قَبْلِهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ

“Demikianlah tidak seorang rasulpun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: "Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila.” (Az-Zariyat:52)

Dan firman-Nya:

أَتَوَاصَوْا بِهِ ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ

“Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.” (Qs. Az-Zariyat:53)

Dan juga firman-Nya:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Qs. Al-An’am:112)

Dari Ahmad dari hadits Jabir:
حتى إن الرجل ليخرج من اليمن أو من مضر فيأتيه قومه فيقولون احذر غلام قريش لا يفتنك

“Sampai-sampai seseorang datang dari Yaman atau Midhar kemudian dia mendatangi kaumnya mengatakan hati-hatilah kamu pada anak Quraisy agar dia tidak diuji dengan fitnahnya.”

Ini bentuk propaganda yang jelas.

Syekh Abdul Lathif berkata: “Seorang Nasrani akan mengkritik jika datang padanya dakwah Rasul shalallahu ’alaihi wa sallam karena anggapan beliau buta huruf. Nasrani ini tetap disebut kafir walaupun dia tidak mengetahui kebenaran karena anggapannya yang keliru pada Nabi. Begitu pula setiap orang yang menerima dakwah Rasul dan dia memahami maksud-maksud dan tujuan dakwah itu tapi kemudian menolaknya karena suatu syubhat atau faktor lainnya, maka dia kafir meskipun ada kesamaran yang menimpanya. Persoalan ini tidak ada perselisihan di kalangan ulama.” (Mishbahul Zhulam 326)

Berkaitan dengan neraka dan azab, hari ini ahlul kitab dari Yahudi dan Nasrani telah menerima hujah karena telah mendengar tentang Islam tapi mereka tidak mau beriman.

Pertanyaan 4


Pertanyaan

Adakah di umat ini yang tidak diazab jika dia tidak masuk Islam karena tidak sampainya risalah padanya padahal dia bisa saja mencarinya?

Jawaban

Semua umat ini, maksudnya umat dakwah, yang tidak masuk Islam karena tidak sampainya risalah Islam dia bukan muslim, dia musyrik kafir. Allah berfiman:

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barangsiapa mencari dien selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (dien itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Qs. Ali-Imran:85)

Dan Firman-Nya:
إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ
“Sesungguhnya dien (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Qs. Ali-Imran:19)

Itu menurut penyebutan ism, hukum zhahir dan hukum-hukum dunia. Sedangkan menurut hukum dia diazab neraka. Siapa saja yang telah datang padanya hujah dan peringatan kemudian dia mati maka dia diazab padahal dia memiliki kemampuan untuk mencari ilmu dan mencari kebenaran. Karena itu Yahudi dan Nasrani telah mendengar Islam melalui berita-berita lampau, para penyembah berhala dan kubur juga telah mendengar melalui berita-berita lampau. Allah berfirman:

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا

“Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang Rasul.”(Qs. Al-Isra:15)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitabnya Thariqul Hijratain Fi Fashli Thabaqat AL-Mukalifin fi Ad Daril Akhirah, pada tingkat 17 beliau berkata, “Mereka adalah Orang-orang yang taklid dan jahl; kafir.”

Beliau melanjutkan, “Umat telah sepakat tingkatan ini adalah kafir meskipun mereka jahil akibat taklid pada pembesar-pembesar dan pemimpin-pemimpin mereka. Beberapa ahlu bid’ah menyatakan mereka kafir tapi tidak masuk neraka dan posisi mereka sebagai orang yang belum sampai padanya dakwah. Pendapat ini tidak pernah dikatakan oleh seorang pun dari para imam kaum muslimin dari sahabat, tabi’in dan setelahnya. Tapi ini adalah pendapat ahlul kalam modern.”

Beliau melanjutkan kemnbali, “Islam adalah mentauhidkan Allah dan mengibadahinya dengan mengesakannya, tidak ada kesyirikan bagi-Nya dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya serta mengikuti sahabatnya. Selainnya dia bukan muslim, jika bukan kafir penentang maka dia kafir jahl (kafir karena bodoh).”

Sedangan di zaman sekarang dakwah telah menyebar ke seantero dunia maka seorang pun tidak memiliki udzur.

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata: “Hari ini aku tidak mengetahui ada orang yang menolak pendapat Islam belum menyebar ke seluruh dunia. Bangsa Romawi telah menerima dakwah dan mereka paham maksud dakwah.” (Dinukil oleh Ibnu Qudamah dalam Al-Jihad, dan dinukil pula oleh At-Tirmidzi 5/267)

Kalau seperti ini dikatakan dizaman imam Ahmad bin Hanbal lalu bagaimana menurut kamu sekarang!

Pertanyaan 5


Pertanyaan

Apakah ahlul kitab dihukumi neraka jika mereka mati?

Jawaban

Iya. Siapa saja yang telah sampai padanya dakwah Islam meskipun dia tidak menolak, dia dihukumi masuk neraka seperti yang telah aku jelaskan. Dalilnya firman Allah:

النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا ۖ وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ

“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.” (Qs. Al-Mu’min:46)

Dalam hadits shahih:
والذي نفس محمد بيده لا يسمع بي يهودي ولا نصراني من هذه الأمة ثم لا يؤمن بالذي أرسلت به إلا دخل النار

“Demi jiwa Muhammad dalam genggaman-Nya. Tidaklah Yahudi dan Nasrani di umat ini kemudian dia tidak beriman pada risalah yang aku bawa, dia pasti masuk neraka.”

Dan hadits:
لن تدخل الجنة إلا نفس مسلمة

“Tidak akan masuk jannah kecuali jiwa yang muslim.”

Berkaitan dengan neraka dan azab, hari ini ahlul kitab dari Yahudi dan Nasrani telah menerima hujah karena telah mendengar tentang Islam tapi mereka tidak mau beriman. Dalam hadits:

“Demi jiwa Muhammad dalam genggaman-Nya, tidaklah Yahudi dan Nasrani di umat ini kemudian dia tidak beriman pada risalah yang aku bawa, dia pasti masuk neraka.”

Pertanyaan ini diajukan pada Syeikh pada sesi temu di Forum Salafiyin.

Penulis: Al-Alamah Ali Hudhair Al-Huhdair hafizhahullah
Penerjemah: Zen Ibrahim
Editor: Ama Amira

Download di PDF dan Word di halaman download