Pages

Senin, 20 Agustus 2018

Bisul Kronis di Wajahku Sembuh dengan Berhijab

Saya akan menceritakan kisah nyata seorang akhwat yang bertaubat, dia menceritakan kepadaku kisah yang menakjubkan ini:

Aku akhwat, aku memiliki ayah yang kuat beragama, walhamdulillah. Tetapi aku seperti anak-anak gadis lainnya terjerumus banyak dosa. Tetapi alhamdulillah, bukan dosa besar. Aku juga tidak menampik kalau aku pencari cinta sejati yang ingin berakhir di pelaminan seperti yang dipropagandakan dan tipuan cinta palsu yang melalaikan.

Singkatnya, aku masuk kuliah dan lulus. Banyak pemuda-pemuda tampan berseliweran yang aku kenal tapi tidak ada seorangpun yang menarik hatiku. Dengan kata lain Allah belum mentakdirkan salah satu dari mereka sebagai pendampingku.

Semasa kuliah dan pencarian jodoh, aku tertarik untuk mengenakan hijab dan aku merasakan suatu dosa dan ketakutan jika aku mati belum berhijab. Setahun setelah lulus, Allah menentukan untukku pergi berhaji. Sebelum berangkat aku berjanji akan berhijab setelah pulang dari Mekah.

Tekad kuatku untuk berhijab ini semakin membara dan aku berjanji pada Allah untuk berhijab sampai-sampai air mataku menetes. Disitu aku merasakan suatu kelapangan dalam hati yang luar bisa yang tak bisa diungkapkan.

Aku pergi berhaji dan bertekad kuat berhijab. Tetapi ketika aku kembali dari haji, aku telah diterima di sebuah institusi bergengsi yang aku idam-idamkan. Aku diterima sebagai pegawai.

Lalu keraguan menyelimuti benakku. Bagaimana aku berhijab? Pakaian apa yang aku kenakan? Bagaimana aku menjumpai orang-orang dengan hijab? Bagaimana jika aku bertemu dengan keluarga dan teman-teman? Terbetiklah rasa takut bila hijab menyembunyikan pesona kecantikanku.

Karena ketakutanku pada manusia lebih kuat daripada ketakutanku pada Allah, hingga ketakutan itu seperti gunung yang menimpa dadaku. Akhirnya aku membatalkan janjiku pada Allah.

Bergegas aku mempersiapkan pakaian yang anggun dan mahal sehari sebelum hari pertama kerjaku. Saat pertama kali aku masuk kantor, semua mata memandangku dengan penuh ketakjuban. Aku merasa sangat bahagia karena orang-orang mengagumiku. Tidak ada rasa takut sedikitpun dan penyesalan atas pengingkaranku pada janji Allah.

Empat bulan berlalu, tiba-tiba aku merasakan sakit di wajahku, warnya sangat memerah. Ternyata tumbuh bisul yang makin membesar sebesar bantalku. Demi Allah, penuh dengan darah dan nanah.

Segera aku menjumpai dokter tapi obat dan cream dari dokter tidak berkasiat apapun. Berikutnya aku periksa lagi dan diberi obat pil tapi hasilnya tetap nihil. Sekian dokter lain aku kunjungi, bahkan aku terbang ke London. Tapi lagi-lagi obat-obat yang diberikan semuanya tidak ada yang ampuh.

Aku menghubungi dokter di London tentang obatnya yang gagal. Dokter itu berkata: Maaf, resep yang aku berikan adalah resep paling ampuh dan manjur. Jika tidak berpengaruh, aku angkat tangan.

Kondisi dan perasaanku menjadi tidak menentu. Hatiku hancur berantakan hingga tiap malam aku menangis. Semua orang menghiburku untuk terus berobat, justru aku malah bertambah putus asa. Apalagi teman-teman wanitaku tidak mau memelukku karena takut tertular. Sikap mereka membuat hatiku makin tersayat.

Suatu malam, aku ingat Allah dan diilhamkam padaku bahwa penyakit ini karena aku mengingkari janjiku pada Allah. Aku bertaubat nasuha dan aku berazam mengenakan hijab lalu aku berobat dengan Al-Quran. Aku mulai shalat dan berzikir pada Allah azza wa jalla.

اللهم اشفِ أنت الشافي المعافي ، لا شفاء إلا شفاؤك ، شفاء لا يغادر سقماً

Aku berdoa; Allahumma sembuhkanlah, Engkau Dzat yang Menyembuhkan dan Dzat yang Memberi Kesehatan. Tidak ada kesembuhan selain dari Engkau, kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit.

أعوذ بكلمات الله التامةمن كل شيطان و هامة و من كل عين لامة

Aku memohon perlindungan kepada Allah dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari setiap kejahatan setan dan binatang bisa yang mematikan, dan dari setiap mata yang hasud.

Demi Allah, hanya dalam waktu tiga hari setelah aku taubat dan membaca Al-Quran, api yang menjilat wajahku langsung padam. Bisul dan nanah itu langsung mengempes. Setelah itu mengering dengan cepat dan rasa sakitnyapun hilang dalam sekejap. Walhamdulillah Allah menyembuhkan penyakitku dengan sempurna.

Aku lalu menetapkan untuk berhijab dan resign dari pekerjaan. Dan di bulan yang sama, Allah berkehendak ayahku sakit. Aku dan keluarga kemudian membawanya berobat keluar negeri. Pada peristiwa inilah aku berhijab meskipun masih hijab biasa yang kecil dengan pakaian yang masih aku pakai.

Ayahku meninggal saat di rumah sakit di luar negeri, semoga Allah merahmatinya. Lalu aku pulang ke negaraku dan aku telah memiliki mental untuk mengenakan hijab yang sempurna secara yakin.

Sekarang, aku sedang berkaca memandang wajahku. Masih ada bekas bisul itu. Justru bekas itu sekarang aku sukai hingga dalam hatiku. Bisul itu adalah surat dari Allah azza wa jalla padaku dan ia menjadi sebab aku menerima hidayah dan taubat.

Akhwat ini berkata:

Siapa yang tahu, jika bisul ini tidak keluar di wajahku mungkin kehidupanku tidak berubah bahkan saat aku merasa aku berada di jalan yang salah. Aku sampaikan pada kalian, setahun setelah aku berhijab, Allah menganugerahkan suami untukku lalu anak-anak. Kenikmatan-kenikmatan tak terkira dari Allah.

Setelah aku giat belajar Islam dan menghadiri majlis-majlis taklim, Allah menganugerahkan untukku niqab. Hari ini aku menjadi wanita yang sangat bahagia dengan kesertaan Allah yang selalu menyertaiku.

Nikmat dari Allah yang paling agung yang aku rasakan. Aku memohon agar Dia tidak mencabut nikmat ini dan Allah memberikan nikmat-nikmat ini pada seluruh kaum muslimin.

Sesi terindah dalam perjalanan nafasmu adalah saat kamu menyatakan janji setia taubat nasuha pada Allah. Sesi terindah perjalanan hidupmu, kamu bisa merasakan Allah mencintaimu dan Dia ridha padamu.

Diceritakan oleh DR. Ratib An-Nablusi hafizhahullah
Penerjemah Zen Ibrahim
10 Dzulhijjah 1439 H
Sumber: @NABLSi100

Hadiah Idul Adha
dari Grup Mutiara Muslimah
untuk anggota Grup dan Umat Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar