Pages

Selasa, 25 Desember 2018

Sahabat Lama Dulu Mujahid Kini di Barisan Musuh

Sekitar setengah tahun ini aku mencari-cari kabar temanku, sahabat lama. Aku mencari informasi sampai diepisode mana ujung perbuatan kemurtadannya, kejatuhannya dan berbaliknya dari perjuangan. Tujuannya supaya aku takut agar tidak berbalik meskipun dengan satu kata yang bisa menjauhkan cintaku pada mujahidin, membantah mereka atau memproduksi suatu kata yang jauh dari Al-Quran dan tuduhan-tuduhan dusta.


Aku lakukan ini agar menjadi pengalaman hidup, mempelajari perkataan orang-orang kafir dan kaum muslimin. Supaya aku memahami fikih waqi (realitas), mengenal pertempuran yang sedang terjadi dan mengetahui semua yang bertautan secara terperinci.

Tetapi Jika tidak bisa, aku mencukupkan Al- Quran. Siapa yang hidup dengan Al Quran dia pasti akan mengenal semua petunjuk dan cahaya di dalamnya. Yakinlah Al-Quran akan menjawab seluruh problem hidup. Ini telah aku alami sendiri dengan fadhilah Allah. Semoga Allah merahmati kelemahan kita.

Seseorang yang aku sebut ini adalah ikhwah yang menonjol. Kegemarannya pada penampilan, suka kesenangan, supel dan pandai bicara soal analisa strategi. Dia bangga dengan penghormatan dan senang menjadi viral. Dia tertipu merasa paling unggul.

Setiap dia makin tenggelam dalam kenikmatan saat itu aku makin mencari tahu arah pemikirannya, sampai dimana celaannya pada al-haq, sampai dimana tambah parahnya ketergelincirannya. Seakan-akan dia masih menyangka dengan diennya yang lama, masih menjadi pejuang seperti dulu. Padahal dia berusaha untuk lari dari masa lalunya, melepaskan diri.

Setiap waktu aku melihatnya makin bertambah terang-terangan bersama kekafiran. Seolah lantang dia berseru, “Aku telah bebas dari belenggu, aku telah berhasil lepas dari kehidupan masa laluku.” 

Tapi pada saat yang sama dia masih bernostalgia dengan menyebut masa lalunya agar ikhwan-ikhwan masih mau menerima dia bagian dari perjuangan.

Sahabat lamaku ini, sebagai tarbiyah pribadi bagi diriku sediri. Dulu dia mujahid, mengejar kematian dimana dia sangka temukan. Sayangnya dia tidak kuat menghadapi fitnah dunia dan kesenangannya. Bisa jadi dia mencari pangkat jabatan yang menyebabkannya jatuh pada derajat setan.

Sahabat lamaku ini sebagai nasehat; kekafiran bisa menimpa siapa saja. Dimulai karena masalah takwil, seruan perdamaian dan menyikapi al-haq dan pemeluknya secara kaku. Lalu mulailah terjatuh hingga berbalik bergabung bersama barisan kafirin.

Sahabat lamaku ini mengingatkanku saat aku berkata padanya sewaktu kegiatan daurah syariyah di Pesawhar, “Sekejap pun jangan sampai kamu merasa bahwa kamu telah kehilangan dunia ketika kamu melihat teman temanmu dan teman seperjuanganmu telah memperoleh kesuksesan dunia. Telah sukses menyabet gelar kesarjanaan. Lalu mendapatkan kenikmatan dunia. Setelah itu mereka menjadi orang-orang merugi dan mulailah kejatuhannya.” 

Aku sudah ingatkan dia tapi nasehatku itu tidak bermanfaat. Sewaktu dunia dibukakan untuknya, dia seperti serigala kelaparan ditengah kerumunan domba.

Teman lamaku ini mulai terjerumus kedalam kekafiran saat dia berusaha menyelisihi mujahidin lalu meremehkan dan merendahkan mereka. Kemudian hari aku mendengar dia menjadi sepatu musuh-musuh Allah. Maka hendaknya kamu waspada dengan talbis setan.

Teman lamaku selvi menjulurkan lidahnya di depan masyarakat sambari menghisap cerutu Kuba. Andai ditanyakan kepada manusia yang berakal apa yang dia inginkan? Mereka akan menjawab, “Orang buruk ingin lari dari keburukannya”. 

Teman lamaku memakai daster seperti banci. Jika orang pintar ditanya kenapa dia berpakaian seperti itu mereka akan menjawab, “Untuk mengirim pesan pada dunia, wahai dunia telah aku kafirkan kekafiran dengan sungguh sungguh maka janganlah meragukan prinsipku”. 

Teman lamaku ini sebagai peringatan rabaniyah bagiku. Jangan sampai kamu mengeluarkan meskipun hanya satu kata yang membuat jatuh. Karena satu kesalahan langkah itu dari kehendakmu, setelah itu kau tidak bisa mengendalikan.

Teman lamaku bukanlah orang yang cerdas, dulu apalagi sekarang. Tapi aku belajar darinya, ikhwan yang paling lemah saat dia menjadi kafir menjadi mesin komedi putar kekafiran dan kemurtadan. Mereka menjadikannya sebagai ahli analis strategi.

Ternyata banyak yang senasib seperti teman lamaku ini. Allahuma aku mohon rahmat-Mu dan pemeliharaan-Mu.

Penulis: Syeikh Abu Qatadah Al-Falestini hafizhahullah
Alih bahasa: Zen Ibrahim
19 Rabiul Akhir 1440 H/26 Desember 2018

Sumber terjemahan: Channel Resmi Syeikh Abu Qatadah https://t.me/ShAbuQatadah2

Ikuti update project penerjemahan kami di Pustaka Qolbun Salim.
Website www.pustakaqs.blogspot.com
Fanspage https://www.facebook.com/pustakaqolbunsalim
Channel Telegram @pustakaqolbunsalim
https://t.me/pustakaqolbunsalim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar