Siapa Memecah-belah Setelah Sebelumnya Bersatu?


Pertanyaan ini diajukan oleh seorang syeikh yang mulia. Aku melihat pertanyaan ini sebagai kunci untuk membuka sebuah perkara penting. Mungkin saja pembaca mengira kalimat diatas bukan suatu bentuk pertanyaan tapi bentuk penegasan. Tentu saja anda tidak dapat disalahkan sampai menemukan jawaban sesungguhnya di hadapan Allah. Syeikh yang mulia ini, semoga Allah menjaganya, adalah orang alim yang wara. Dan kepada Allah-lah hisabnya.

Untuk mengurai kalimat tersebut, saya memiliki hak untuk menentukan bahwa bentuk kalimat itu adalah kalimat pertanyaan, bukan penegasan. Saya berharap syeikh dapat menerima keputusanku ini yang tidak membuat kalimat tersebut menjadi terdistorsi, seperti yang pernah dikatakan oleh pujangga terkenal bernama Jarir. Aku akan menjawab bukan demi menafikan penegasan tersebut. Tetapi aku ingin mengajak syeikh dan pembaca mengarungi perjalanan yang pahit bahkan sangat menyakitkan.

Wahai syeikh tercinta

Sepanjang perjalanan perjuangan yang panjang, kita menjumpai musibah yang besar. Bahkan sangat hebat. Musibah yang merenggut nyawa-nyawa dan memutus urat nadi kita, hingga jeritan membahana. Andai bukan karena Allah Maha Halus pada umat ini dan pada jihad ini sungguh kita telah musnah menjadi debu yang berterbangan. Tak tersisa lagi perkataan yang bisa kita tulis kecuali dengan rasa malu.

Sungguh telah datang pada kita musibah ghuluw dengannya mengkafirkan kaum muslimin dan membunuhi mereka. Bumi menjadi lebih rusak melebihi perbuatan yang dilakukan oleh bangsa Tartar; penuh pembantaian, pertumpahan darah, penyembelihan dan kehancuran total. Perilaku ghuluw ini dilakukan oleh anak-anak muda ingusan yang haus pada jihad dan penegakkan syariat, lalu mereka lemparkan jasad-jasad mereka justru untuk merusak. Berubahlah jihad menjadi potret yang menggambarkan hanya penaklukan, kebengisan dan pertumpahan darah.

Muncul ghuluw yang mengarahkan perang dan senjatanya kepada kaum muslimin yang lemah dan mujahidin yang suci. Hingga bergoncang rukun-rukun jihad lebih banyak dari goncangan yang ditimpakan pada kaum kufar dan thaghut.

Muncul ghuluw, wahai syeikh kami, yang ditembakkan dengan segala kekuatan kemarahan, kebencian, syahwat melawan kaum muslimin dan jamaahnya. Akhirnya bahasa caci maki, takfir, intimidasi dilemparkan seribu kali pada mujahidin, mungkin saja sekali dilemparkan pada thaghut. Pada akhirnya seribu tembakan berat ditujukan pada mujahidin, dari sisi thaghut yang hanya menghendaki pembunuhan sampai musnah perkebunan, sedangkan dari sisi lain kelompok ghuluw meneror dan mengincar untuk melakukan asasin pada mujahidin yang suci.

Aku tidak ingin panjang cerita mengisahkan seorang pemuda yang pergi berperang ke Suriah. Dia baru saja sadar shalat dua bulan sebelum pergi berperang. Lalu di tangannya penuh najis. Dalam sepuluh hari pertama saja, dia melakukan pembunuhan sebanyak 200 orang. Lalu dia tiba-tiba menjadi amir wilayat Homs. Kisah ini diceritakan padaku oleh saudaranya sendiri.

Aku tidak ingin bertanya tentang rasa sakitmu dan dimana posisimu dari mereka. Sebab aku masih mampu hidup berdiri diatas kakiku sendiri dan dengan hatiku. Sejurus kemudian aku terjatuh bersimbah darah disembelih oleh foto-foto mengerikan dari pembantaian kaum muslimin. Mungkin saja Anda menyaksikan langsung dan merasakan di lapangan, bahwa kenyataannya mungkin tidak seperti itu. Tentunya amat jauhlah diriku dan dirimu.

Tetapi bacalah rilisan mereka hari ini wahai akhi, rilis yang mereka terbitkan dengan kebanggan atas perang mereka, seluruh perang mereka. Misalnya di Yaman melawan ikhwanmu sendiri, seakan-akan mereka tidak menemukan musuh Allah lain selain saudaranya sendiri.

Dengan seluruh kebengisan ini, penghancuran pemuda-pemuda jihad, menyebarkan gambaran-gambaran penyimpangan dan pembunuhan muslimin. Meskipun demikian ada saja diantara kita yang masih menolerir aksi kelompok penumpah darah ini. Tidak ditemukan sepanjang sejarah contoh yang begitu mengerikan terjadinya konflik internal seperti yang mereka lakukan ini.

Ini adalah kejahatan besar! Apakah kita telah melakukan upaya-upaya keras untuk mencari penyebabnya agar menemukan obatnya? Apakah kita menemukan ada tulisan-tulisan kita yang menyebabkan bencana ini?

Ini adalah kejahatan besar! Siapa yang menanamnya, siapa yang mendiamkannya, melindunginya, mengobatinya dengan dosis rendah yang tidak selayaknya?

Saat aku berada dalam penjara, wahai syeikh kami, aku menerbitkan syair Ahmad Yasin saat dia syahid semoga Allah meridhainya. Aku meminta anakku untuk menyebarkannya. Setelah itu aku meminta tanggapannya. Maka dia mengabarkan padaku dengan sesuatu yang ajaib, dia berkata: “Kita telah menyebarkan sesuatu yang mengakibatkan keburukan pada manusia”.

Itu tulisanku saat aku di dalam penjara. Anda yang di luar penjara dapat membuat karangan yang menumbuhkan kerusakan lebih buruk dari karangan dalam penjara. Seorang sahabat mengabarkan padaku, dan ia bertanggungjawab dihadapan Allah, ada orang yang menulis tema takfir padahal dia tidak memahami materi tersebut lalu mengkafirkan dan menyeru pembunuhan.

Telah sampai padaku tentang orang yang mengkafirkan HAMAS. Bagaimana dia bisa mensematkan vonis tersebut, padahal dia terjatuh dalam salah takwil sama seperti yang menimpa HAMAS.

Telah sampai padaku tentang orang yang tidak bisa berhenti mengkafirkan jamaah-jamaah setelah membaca tema takfir karena kebodohannya. Lalu luluslah anak-anak yang bodoh yang bangga dengan perbedaan pendapatnya dengan syeikhnya yang jauh lebih cerdas, dan syeikhnyapun kebingungan tidak bisa memahami perilaku muridnya.

Telah sampai padaku tentang benih-benih yang rusak ini, yang demi Allah aku tidak mengetahuinya kecuali setelah aku keluar dari penjara dan mendengar langsung informasi dari teman-teman dekat di sana sini.

Wahai syeikh kami...

Aku tidak khawatir dengan perselisihan tanzhim yang memisahkan antara dirimu dan saudaramu, tapi masih tetap menyisakan cinta dan penghormatan antara kalian berdua dan saling menguzur satu sama lain.

Tapi aku khawatir pada slogan takfir yang menyembelih jihad hingga ke urat-uratnya. Andai bukan karena rahmat Allah tentu tidak ada lagi ruh yang tersisa.

Aku ingin fokus dengan tidak ingin melihat ada orang bodoh yang berjalan diatas petunjuk ghulat takfir dan pembunuhan kepada orang yang menyelisihinya, atau membantah pada perintah pimpinannya dalam masalah yang mungkin terdapat ijtihad.

Kami wahai syeikh, mengingkari semua itu. Dari atas kepala hingga mata kaki kami berbuat untuk mencari obat, melakukan riset untuk menghentikan kejahatan ini. Hingga beberapa orang baro menjauh dari diriku. Tapi aku berusaha untuk tidak keras dalam menuding atau baro atasnya. Sebagian orang menyarankan aku memukulkan tongkat di tengah.

Wahai syeikh...

Perbedaan yang terjadi antara kita adalah yang mendiamkan kejahatan ini dengan yang membenarkannya dan menjadikan bagi mereka takwil sesat dalam mengkafirkan orang yang menyelisihinya dan membunuhnya dengan tuduhan murtad, karena kelompok khawarij pertama mengkafirkan sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu. Tapi mereka tidak mengkafirkan sahabat. Dan siapapun yang tetap bertahan di atas kesalahan konsep tersebut dia akan memproduksi kesalahan yang baru.

Tanzhimmu dan tanzhim selainmu akan hilang, lalu yang tersisa hanyalah cinta jika kalian di atas satu manhaj dan satu dien. Kedepan insya Allah akan ada hari mirip semasa Hasan radhiyallahu anhu, hari yang menyatukan hati. Dia turun tahta untuk saudaranya agar terjadi amul jamaah (tahun jamaah), atau Allah memudahkan bagi kita munculnya kelompok Thaliban yang menghentikan segala perselisihan, atau terjadi serangan akbar seperti serangan September nan spektakuler yang membuat orang terbengong-bengong.

Sebagai pengingat: Sebelum September jamaah jihad tidak dapat bersatu dalam amal, namun saat terjadi ujian yang berat bersatulah ahlu sunnah dengan jamaah lain dalam pertempuran. Karena satu penderitaan mereka melupakan perselisihan tanzhim.

Tapi inilah dia kelompok ghuluw mayoritasnya telah menjadi sampah sejarah, sampai sekarang tidak berhenti-hentinya membunuhi kaum muslimin di Syam, Yaman dan Afghanistan. Dan pertempuran mereka sebagian besarnya diarahkan pada kalian, sehingga thaghut negeri justru mendapatkan keuntungannya. Dan sesungguhnya mereka memandang, membunuhmu lebih mereka sukai dari pada memenggal kepala Trump.

Inilah jawabanku wahai syeikh, atas perbedaan diantara kita dan ingatlah bahwa kita ini satu. Seandainya kita diatas manhaj ahlu sunnah lalu terjadi perbedaan jalan karena hawa nafsu, atau karena salah memahami dan kemampuan memahami, atau karena seribu sebab, maka sejarah memberitahu kita bahwa persatuan kita amatlah dekat. Tapi saat kita memakai perbedaan kita dengan pakaiaan perbedaan tauhid maka besok yang terjadi adalah takfir dan darah.

Untukmu segala cinta dan penghormatan.

Penulis: Syeikh Abu Qatadah Al-Falestini hafizhahullah
Alih bahasa: Zen Ibrahim
16 Rabiul Akhir 1440 H/23 Desember 2018

Sumber terjemahan: Channel Resmi Syeikh Abu Qatadah https://t.me/ShAbuQatadah2

DOWNLOAD PDF

Ikuti update project penerjemahan kami di Pustaka Qolbun Salim.
Website www.pustakaqs.blogspot.com
Fanspage https://www.facebook.com/pustakaqolbunsalim
Channel Telegram @pustakaqolbunsalim
https://t.me/pustakaqolbunsalim

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Siapa Memecah-belah Setelah Sebelumnya Bersatu?"

Posting Komentar